Rabu, 13 Juni 2012

laporan praktikum Asam-Basa



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
ASAM BASA



NAMA                    : YANTI NENOBAHAN
NIM                        : 10010110043
KELOMPOK         : II
HARI/TANGGAL : SELASA,10 MEI 2012

STKIP SURYA

TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI
  1.         I.      Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah  menentukan konsentrasi larutan NaOH yang sebenarnya dengan menggunakan larutan baku asam oksalat
  1.       II.     Dasar Teori

Titrasi merupakan metode analisis yang digunakan pada zat (yang dianalisis) yang konsentrasinya belum diketahui, dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang tela diketahui konsentrasinya. Pada pengerjannya dibutuhkan ketelitian dari praktikan karena reaksi harus berlangsung secara tepat dan cepat.
Titrasi asam basa pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa disebut asidi-alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi larutan contoh yang mengandung suatu basa dengan larutan baku asam. Alkalimetri adalah titrasi larutan contoh yang mengandung suatu asam  dengan larutan baku basa.
Analisa  volumetri/ titrimetri adalah penentuan konsentrasi zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang telah diketahui konsentrasinya, dimana keduanya direaksikan secara kuantitatif. Dalam titrimetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses dimana larutan baku titer (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dar sebuah buret ke larutan yang ditentukan atau yang dititrasi (titran) sampai keduanya bereaksi sempurna. Saat itu terjadi disebut titik equivalen atau titik akhir titrasi terjadi. Dalam melakuka titrasi, larutan yang dititrasi disebut titrat, yang dimasukan dalam labu Erlenmeyer (biasanya larutan asam), sedangkan larutan penitrasi adalah disebut titran (biasanya larutan basa) dimasukan kedalam buret.
Titik equivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisa dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukan titik equivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya titik equivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titim akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisa konsentasi titran.
Secara garis besar, penggolongan analisis titrimetri ini berdasarkan :
1.       Berdasarkan reaksi kimia
·         Asidimetri – alkalimetri / titrasi asam basa (reaksi netralisasi)
Contoh : HCl + NaOH NaCl + H2O
·         Oksidasi reduksi (reaksi redoks)
Contoh : Fe2+ + Ce4+ Ce3+ + Fe3+
·         Titrasi pengendapan
Contoh : Ag+ + Cl- AgCl
·         Pembentukan kompleks
Contoh : Ag+  + 2CN- Ag(CN)2-



2.       Berdasarkan jumlah sampel

pembeda
Titrasi makro
Titrasi semi mikro
Titrasi mikro
Jumlah sampel (mg)
100-1000
10-100
1-10
Volume titran (ml)
10-20
1-10
0,1-1
Ketelitian burret (ml)
0,02
0,001
0,001

Pada praktikum kali ini hanya melakukan percobaan titrasi asam- basa. Selain prosesnya yang relatif mudah, bahan yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
Asam-basa sendiri memiliki ciri –ciri yang bertolak belakang seperti pada table berikut:

Asam
Basa
Dalam air terurai menjadi ion positif hidrogen dan ion negatif sisa asam
Dalam air terurai menjadi ion positif logam dan ion negative hidroksida
Bersifat korosif
Terasa licin
Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah
Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru
pH < 7
pH> 7
Rasa asam
Rasa pahit

Adapun reaksi-reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
1.       Asam kuat dengan basa kuat      : H3O+ + OH-   2H2O
2.       Asam lemahdengan basa kuat   : HA    + OH-   H2O  +  A-
3.       Basa lemah dengan asam kuat   : A-      + H3O+ H2O  +  HA
Larutan baku yang biasanya digunakan dalam asidi-alkalimetri dikategorikan dalam :
·         Larutan baku primer adalah larutan yang tidak mudah berubah oleh keadaan (stabil) dan dapat diperoleh dalam keadaan murni
·         Larutan baku sekundar adalah larutan baku yang terbuat dari zat=zat yang tidak didapatkan dalam keadaan murni, larutan baku sekunder baru boleh digunakan setelah normalitas / molaritasnya ditentukan dengan larutan baku primer.

A.      Untuk Asidimetri, biasanya digunakan larutan baku:
1.       Larutan baku primer               : Na2B4O7. 10H2O (boraks) atau Na2CO3
2.       Larutan baku sekunder         : HCl, NaOH. Larutan HCl hanya boleh digunakan  bila sudah distandardisasi dengan boraks. Larutan NaOH distandardisasi dengan asam oksalat
B.      Untuk Alkalimetri, biasanya digunakan larutan baku:
1.       Larutan baku primer               : asam oksalat (H2C2O4) atau asam suksinat
2.       Larutan baku sekunder         : NaOH, KOH, Ba(OH)2.
Untuk mengetahui suatu kesempurnaan berlangsungnya reaksi antar larutan baku dan larutan ayng dititrasi digunakan suatu indikator, yang dapat memebantu dalam menetukan kapan penambahan titrasi harus dihentikan. Bila reakis antara larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya adanya perubahan wrana atau pembentukanendapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan.
                                Menghitung Normalitas NaOH:
                                                Vasam Oksalat x Nasam Oksalat = VNaOH  x NNaOH
                                                Keterangan: V = volume (ml/L)
                                                                         N = normalitas  (N)

    III.            ALAT DAN BAHAN
·         Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu:
1.       Labu Erlenmeyer 100 ml (2 buah)
2.       Botol semprot (1 buah)
3.       Pipet volume 10 ml (1 buah)
4.       Beaker glass 50 ml (2 buah)
5.       Klem buret (1 buah)
6.       Buret 50 ml (1 buah)
7.       Pipet viler/pip lab (1 buah)
8.       Spatula gelas (1 buah)
9.       Corong gelas (1 buah)
10.   Statif (1 buah)
·         Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu:
1.       Larutan asam oksalat
2.       Larutan NaOH 0,1 N (100 ml)
3.       Aquadest (air distilasi)
4.       Phenolphthalein (pp)

    IV.            CARA KERJA
Standardisasi larutan NaOH dengan asam oksalat (H2 C2 O4 . 2H2O)
1.       Siapkan buret kering yang telah dipasang tegak pada sebuah statif dan klem buret. Bila kran buret sulit diputar, lepaskan dan lapisi dengan vaselin
2.       Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 N dengan bantuan corong gelas sampai sedikit diatas titik nol
3.       Siapkan beaker glass kosong di bagian bawah buret. Perlahan-lahan, bukalah kran buret agar bagian bawah buret terisi dengan larutan NaOH. Bila ada gelembung udara terperangkap dalam buret, buka kran sampai gelembung terusir keluar. Tuangkan kembali larutan NaOH ke dalam buret sampai batas skala 0,0
4.       Ambil 10 ml larutan asam oksalat tersebut dengan pipet volume yang disambung dengan pipet karet viler/ pip lab. Tuang asam oksalat ke dalam labu Erlenmeyer.
5.       Tambahkan indikator phenolphthalein 2 tetes
6.       Titrasi dengan larutan NaOH  0,1 N sampai terjadi warna merah jambu muda yang cukup lama. Catat  volume NaOH yang bibutuhkan. Saat titrasi, kran buret dibuka dengan tangan kiri, sedangkan tangna kanan memegang sambil menggoyangkan labu Erlenmeyer. Buka kran sedikit dan jatuhkan tetes demi tetes larutan dari buret ke dalam labu Erlenmeyer. Saat mendekati titik akhir titrasi, tetesan harus diperlambat. Hentikan titrasi saat perubahan warna larutan menetap.
7.       Catat volume buret (volume NaOH yang telah dikeluarkan), bacalah meniscusnya dengan benar
8.       Ulangi langkah 1 s/d 7 dalam Erlenmeyer yang masih belum di pakai


      V.            DATA PENGAMATAN
Data yang diperoleh pada saat praktikum yaitu:
Volume NaOH (dalam buret) untuk titrasi asam oksalat (ml):
1.       Titrasi 1 = 10,13 ml
2.        Titrasi 2 = 9,93 ml


    VI.            HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari data pengamatan :
Volume NaOH titrasi 1 = 10,13 ml
Volume NaOH titrasi 2 = 9,93 ml
Volume rata-rata = (10,13 + 9,93)/2 = 10,03 ml = 0,01003 L
a.       Menghitung Normalitas NaOH :
Vasam Oksalat x Nasam Oksalat = VNaOH  x NNaOH

1.       NNaOH =
          =
                  = 0,098 N
                       = 0,1 N
 
2.       NNaOH =
          =
         = 0,100 N
           = 0,1  N
                                Jadi Normalitas rata-rata NaOH = (0,1 + 0,1) / 2 = 0,1 N
                                Atau
                                NNaOH  =  
                                               =  
                                      = 0,099
                                         = 0,1  N
b.      Kemolaran NaOH
N =  x 2 x  
N =  x 20
N = mol x 20
0,1 = mol x 20
mol = 0,005 mol.
Molar =  
Molar =  
Molar = 0,49 M
Molar = 0,5 M

c.       Reaksi yang terjadi saat titrasi yaitu
C2H2O4 .2H2O + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O

d.      Mengapa larutan baku sekunder NaOH harus distandardisasi dengan asam oksalat ?
Standardisasi adalah suatu usaha untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya dari calon larutan baku. Dalam pembuatannya mungkin NaOH dapat dihasilkan cukup murni akan tetapi dalam penyimpanannya NaOH mengalami perubahan, NaOH bersifat higroskopis, artinya menarik uap air dari udara, selain itu juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan NaOH tidak murni lagi dan bila ditimbang sejumlah tertentu sukar untuk mengetahui berapa sebenarnya NaOH murni yang terkandung di dalamnya karena jumlah H2O maupun CO2 yang ditarik oleh NaOh tidak dapat ditentukan. Padahal NaOH itu nantinya akan digunakan sebagai titran.
 Itulah sebabnya NaOH harus distandardisasi untuk mengetahui konsentrasinya pada saat itu. Bahan seperti NaOH yang mudah berubah konsentrasinya disebut bahan baku sekunder. Standardisasi NaOH dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer, yaitu suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan yang sangat murni (sifatnya stabil dan memiliki berat ekuivalen tinggi).

e.      Fungsi indikator phenolphthalein (pp)
Fungsi phenolphthalein adalah untuk membantu merubah warna larutan yaitu dari tidak berwarna menjadi merah.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa kuat). Indikator digunakan dalam percobaan ini karena phenolphthalein tidak berwarna dengan pH antara 8,3 – 10,0 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekuivalen. Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 10,03 ml yang dihitung dari rata-rata 2 kali percobaan dan pada penentuan konsentrasi NaOH didapat normalitas sebesar 0,1 N dan kemolaran sebesar 0,5 M.
               
  VII.            SIMPULAN
Kasimpulan yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini adalah :
1.       Standardisasi yang dilakukan pada percobaan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dari larutan standar.
2.       Pada penentuan konsentrasi NaOH diperoleh normalitas NaOH sebesar 0,1 N dan kemolaran sebesar 0,5  M.
3.       Volume rata-rata yang diperlukan saat titrasi yaitu 10,03 ml.


DAFTAR PUSTAKA

Jawigo. blogspot. com
Day, R. A. 2006. Analisis kimia kuantitatif edisi VI. Jakarta: Erlangga
Hidayati, Ana. 2009. Petunjuk praktikum kimia dasar analitik. Semarang

2 komentar:

  1. What is a good slot machine? - DrmCD
    Slot machines 밀양 출장안마 are very popular in the USA 오산 출장안마 due to the fact 제주 출장샵 that they are very popular in the country. The best 문경 출장마사지 US casinos offer 포항 출장마사지 a wide range of casino

    BalasHapus