LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
ASAM BASA
NAMA : YANTI NENOBAHAN
NIM : 10010110043
KELOMPOK : II
HARI/TANGGAL :
SELASA,10 MEI 2012
STKIP SURYA
TITRASI
ASIDI-ALKALIMETRI
- I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini
adalah menentukan konsentrasi larutan
NaOH yang sebenarnya dengan menggunakan larutan baku asam oksalat
- II. Dasar Teori
Titrasi merupakan metode
analisis yang digunakan pada zat (yang dianalisis) yang konsentrasinya belum
diketahui, dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang tela diketahui
konsentrasinya. Pada pengerjannya dibutuhkan ketelitian dari praktikan karena
reaksi harus berlangsung secara tepat dan cepat.
Titrasi asam basa pada
dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa disebut asidi-alkalimetri.
Asidimetri adalah titrasi larutan contoh yang mengandung suatu basa dengan
larutan baku asam. Alkalimetri adalah titrasi larutan contoh yang mengandung
suatu asam dengan larutan baku basa.
Analisa volumetri/ titrimetri adalah penentuan
konsentrasi zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat
yang telah diketahui konsentrasinya, dimana keduanya direaksikan secara
kuantitatif. Dalam titrimetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu,
suatu proses dimana larutan baku titer (dalam bentuk larutan yang telah
diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dar sebuah buret ke
larutan yang ditentukan atau yang dititrasi (titran) sampai keduanya bereaksi
sempurna. Saat itu terjadi disebut titik equivalen atau titik akhir titrasi
terjadi. Dalam melakuka titrasi, larutan yang dititrasi disebut titrat, yang
dimasukan dalam labu Erlenmeyer (biasanya larutan asam), sedangkan larutan
penitrasi adalah disebut titran (biasanya larutan basa) dimasukan kedalam
buret.
Titik equivalen adalah
titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang
dianalisa dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi
perubahan warna pada indikator yang menunjukan titik equivalen reaksi antara
zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya titik equivalen lebih
dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam
penentuan titim akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisa konsentasi
titran.
Secara garis besar,
penggolongan analisis titrimetri ini berdasarkan :
1.
Berdasarkan reaksi kimia
·
Asidimetri – alkalimetri /
titrasi asam basa (reaksi netralisasi)
Contoh : HCl + NaOH → NaCl + H2O
·
Oksidasi reduksi (reaksi
redoks)
Contoh : Fe2+ + Ce4+ → Ce3+ + Fe3+
·
Titrasi pengendapan
Contoh : Ag+ + Cl- → AgCl
·
Pembentukan kompleks
Contoh : Ag+ + 2CN- →Ag(CN)2-
2.
Berdasarkan jumlah sampel
pembeda
|
Titrasi makro
|
Titrasi semi mikro
|
Titrasi mikro
|
Jumlah sampel (mg)
|
100-1000
|
10-100
|
1-10
|
Volume titran (ml)
|
10-20
|
1-10
|
0,1-1
|
Ketelitian burret
(ml)
|
0,02
|
0,001
|
0,001
|
Pada praktikum kali ini hanya melakukan percobaan
titrasi asam- basa. Selain prosesnya yang relatif mudah, bahan yang digunakan
juga tidak terlalu rumit.
Asam-basa sendiri memiliki ciri –ciri yang bertolak
belakang seperti pada table berikut:
Asam
|
Basa
|
Dalam air terurai
menjadi ion positif hidrogen dan ion negatif sisa asam
|
Dalam air terurai
menjadi ion positif logam dan ion negative hidroksida
|
Bersifat korosif
|
Terasa licin
|
Mengubah kertas
lakmus biru menjadi merah
|
Mengubah kertas
lakmus merah menjadi biru
|
pH < 7
|
pH> 7
|
Rasa asam
|
Rasa pahit
|
Adapun reaksi-reaksi yang terjadi dapat digambarkan
sebagai berikut:
1.
Asam kuat dengan basa kuat : H3O+ + OH- → 2H2O
2.
Asam lemahdengan basa kuat : HA
+ OH- → H2O + A-
3.
Basa lemah dengan asam kuat : A- + H3O+ → H2O + HA
Larutan baku yang
biasanya digunakan dalam asidi-alkalimetri dikategorikan dalam :
·
Larutan baku primer adalah
larutan yang tidak mudah berubah oleh keadaan (stabil) dan dapat diperoleh
dalam keadaan murni
·
Larutan baku sekundar adalah
larutan baku yang terbuat dari zat=zat yang tidak didapatkan dalam keadaan
murni, larutan baku sekunder baru boleh digunakan setelah normalitas /
molaritasnya ditentukan dengan larutan baku primer.
A.
Untuk Asidimetri, biasanya
digunakan larutan baku:
1.
Larutan baku primer : Na2B4O7.
10H2O (boraks) atau Na2CO3
2.
Larutan baku sekunder : HCl, NaOH. Larutan HCl hanya boleh
digunakan bila sudah distandardisasi
dengan boraks. Larutan NaOH distandardisasi dengan asam oksalat
B.
Untuk Alkalimetri, biasanya digunakan
larutan baku:
1.
Larutan baku primer : asam oksalat (H2C2O4)
atau asam suksinat
2.
Larutan baku sekunder : NaOH, KOH, Ba(OH)2.
Untuk mengetahui
suatu kesempurnaan berlangsungnya reaksi antar larutan baku dan larutan ayng
dititrasi digunakan suatu indikator, yang dapat memebantu dalam menetukan kapan
penambahan titrasi harus dihentikan. Bila reakis antara larutan yang dititrasi
dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka indikator harus memberikan
perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya adanya perubahan wrana atau
pembentukanendapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut
titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan.
Menghitung
Normalitas NaOH:
Vasam Oksalat x Nasam
Oksalat = VNaOH x NNaOH
Keterangan: V = volume (ml/L)
N = normalitas (N)
III.
ALAT DAN BAHAN
·
Alat yang digunakan pada saat
praktikum yaitu:
1.
Labu Erlenmeyer 100 ml (2 buah)
2.
Botol semprot (1 buah)
3.
Pipet volume 10 ml (1 buah)
4.
Beaker glass 50 ml (2 buah)
5.
Klem buret (1 buah)
6.
Buret 50 ml (1 buah)
7.
Pipet viler/pip lab (1 buah)
8.
Spatula gelas (1 buah)
9.
Corong gelas (1 buah)
10.
Statif (1 buah)
·
Bahan yang digunakan pada saat
praktikum yaitu:
1.
Larutan asam oksalat
2.
Larutan NaOH 0,1 N (100 ml)
3.
Aquadest (air distilasi)
4.
Phenolphthalein (pp)
IV.
CARA KERJA
Standardisasi larutan NaOH
dengan asam oksalat (H2 C2 O4 . 2H2O)
1.
Siapkan buret kering yang telah
dipasang tegak pada sebuah statif dan klem buret. Bila kran buret sulit
diputar, lepaskan dan lapisi dengan vaselin
2.
Isi buret dengan larutan NaOH
0,1 N dengan bantuan corong gelas sampai sedikit diatas titik nol
3.
Siapkan beaker glass kosong di
bagian bawah buret. Perlahan-lahan, bukalah kran buret agar bagian bawah buret
terisi dengan larutan NaOH. Bila ada gelembung udara terperangkap dalam buret,
buka kran sampai gelembung terusir keluar. Tuangkan kembali larutan NaOH ke
dalam buret sampai batas skala 0,0
4.
Ambil 10 ml larutan asam
oksalat tersebut dengan pipet volume yang disambung dengan pipet karet viler/
pip lab. Tuang asam oksalat ke dalam labu Erlenmeyer.
5.
Tambahkan indikator
phenolphthalein 2 tetes
6.
Titrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N sampai terjadi warna merah
jambu muda yang cukup lama. Catat volume
NaOH yang bibutuhkan. Saat titrasi, kran buret dibuka dengan tangan kiri,
sedangkan tangna kanan memegang sambil menggoyangkan labu Erlenmeyer. Buka kran
sedikit dan jatuhkan tetes demi tetes larutan dari buret ke dalam labu
Erlenmeyer. Saat mendekati titik akhir titrasi, tetesan harus diperlambat.
Hentikan titrasi saat perubahan warna larutan menetap.
7.
Catat volume buret (volume NaOH
yang telah dikeluarkan), bacalah meniscusnya dengan benar
8.
Ulangi langkah 1 s/d 7 dalam
Erlenmeyer yang masih belum di pakai
V.
DATA PENGAMATAN
Data yang diperoleh pada saat
praktikum yaitu:
Volume NaOH (dalam buret)
untuk titrasi asam oksalat (ml):
1.
Titrasi 1 = 10,13 ml
2.
Titrasi 2 = 9,93 ml
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari
data pengamatan :
Volume NaOH titrasi 1 =
10,13 ml
Volume NaOH titrasi 2 =
9,93 ml
Volume rata-rata = (10,13
+ 9,93)/2 = 10,03 ml = 0,01003 L
a.
Menghitung Normalitas NaOH :
Vasam Oksalat x
Nasam Oksalat = VNaOH x NNaOH
1.
NNaOH =
=
= 0,098 N
=
0,1 N
2.
NNaOH =
=
=
0,100 N
= 0,1 N
Jadi Normalitas rata-rata NaOH =
(0,1 + 0,1) / 2 = 0,1 N
Atau
NNaOH =
=
= 0,099
=
0,1 N
b.
Kemolaran NaOH
N =
x 2 x
N =
x 20
N = mol x 20
0,1 = mol x 20
mol = 0,005 mol.
Molar =
Molar =
Molar = 0,49 M
Molar = 0,5 M
c.
Reaksi yang terjadi saat
titrasi yaitu
C2H2O4 .2H2O
+ 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
d.
Mengapa larutan baku sekunder
NaOH harus distandardisasi dengan asam oksalat ?
Standardisasi adalah suatu usaha untuk mengetahui
konsentrasi yang sebenarnya dari calon larutan baku. Dalam pembuatannya mungkin
NaOH dapat dihasilkan cukup murni akan tetapi dalam penyimpanannya NaOH
mengalami perubahan, NaOH bersifat higroskopis, artinya menarik uap air dari
udara, selain itu juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua
proses ini menyebabkan NaOH tidak murni lagi dan bila ditimbang sejumlah
tertentu sukar untuk mengetahui berapa sebenarnya NaOH murni yang terkandung di
dalamnya karena jumlah H2O maupun CO2 yang ditarik oleh
NaOh tidak dapat ditentukan. Padahal NaOH itu nantinya akan digunakan sebagai
titran.
Itulah sebabnya
NaOH harus distandardisasi untuk mengetahui konsentrasinya pada saat itu. Bahan
seperti NaOH yang mudah berubah konsentrasinya disebut bahan baku sekunder.
Standardisasi NaOH dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer, yaitu
suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat
bahan yang sangat murni (sifatnya stabil dan memiliki berat ekuivalen tinggi).
e.
Fungsi indikator
phenolphthalein (pp)
Fungsi phenolphthalein adalah untuk membantu merubah warna larutan
yaitu dari tidak berwarna menjadi merah.
Berdasarkan hasil
percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam
oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa kuat). Indikator digunakan
dalam percobaan ini karena phenolphthalein tidak berwarna dengan pH antara 8,3
– 10,0 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa dalam proses sudah
mencapai titik ekuivalen. Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak
10,03 ml yang dihitung dari rata-rata 2 kali percobaan dan pada penentuan
konsentrasi NaOH didapat normalitas sebesar 0,1 N dan kemolaran sebesar 0,5 M.
VII.
SIMPULAN
Kasimpulan yang diperoleh
setelah melakukan percobaan ini adalah :
1.
Standardisasi yang dilakukan
pada percobaan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dari larutan standar.
2.
Pada penentuan konsentrasi NaOH
diperoleh normalitas NaOH sebesar 0,1 N dan kemolaran sebesar 0,5 M.
3.
Volume rata-rata yang
diperlukan saat titrasi yaitu 10,03 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Jawigo. blogspot. com
Day, R. A. 2006. Analisis
kimia kuantitatif edisi VI. Jakarta: Erlangga
Hidayati, Ana. 2009.
Petunjuk praktikum kimia dasar analitik. Semarang